Pages

Rabu, 20 Juni 2012

UAN SD



Seorang Ibu berusia sekitar 40+ sedang duduk bersandar di kursi dekat ruang tunggu. Berkali-kali ia melirik BlackBerry yang tak pernah lepas dari genggamannya. Ah, rupanya ia sedang menunggu giliran mengambil hasil nilai UAN SD.

Datang seorang wanita muda, mendekati si Ibu tadi. Wanita tersebut menenteng lembaran kertas hasil kelulusan anaknya. Tampaknya ia sedang bahagia, senyumnya berseri-seri. Berbeda dengan si Ibu, yang terlihat muram durja.

Setelah duduk bersebelahan, keduanya terlibat sebuah perbincangan.

‘Mbakyu, nilai anaknya berapa?’ Wanita muda membuka pertanyaan.

‘Belum tahu, Jeng. Ini masih nunggu giliran.’ Si Ibu menjawab, sopan. ‘Ah, anak saya paling-paling cuman dapet nilai 25-an. Dia angel kalo disuruh belajar, Jeng. Kalo anaknya situ dapet berapa?’

Wanita muda itu terkekeh. ‘Anak saya, si Neneng, ndak usah ditanya Bu. Dia dapat 28,75. Hebat bukan? Saya kaget waktu wali kelasnya bilang kalo nilai si Neneng tertinggi di sekolah ini. Padahal nilai semesterannya jeblog lho Bu. Tapi ternyata, nilai UAN malah memuaskan..’

‘Selamat ya Jeng. Beruntung sekali anak sampeyan..’

‘Beruntung gimana to Bu? Anda ngece saya?!’

‘Lha, tadi sampeyan bilang, katanya kalo semesteran nilainya suka jeblog. Lha ini, pas UAN malah dapet tertinggi di sekolah. Apa namanya kalo buka prestasi instan alias beruntung?’ Si ibu memasukkan BlackBerry-nya ke dalam tas. ‘Dewasa ini, banyak lho Jeng, prestasi akademik anak bukan menjadi andalan..’

‘Maksud Mbakyu?’

‘Yaa sekarang kan banyak sekolah-sekolah yang curang saat UAN berlangsung. Praktek contek-mencontek dihalalkan. Tujuannya apa lagi kalo bukan supaya sekolah berhasil mencapai tingkat kelulusan 100%. Dengan begitu, pamor sekolah otomatis juga akan terangkat kan, Jeng?’

‘Ah, Mbakyu ini kok berprasangka buruk to?’

‘Memang kenyataannya ada yang kayak gitu, Jeng. Kalo di EURO 2012 ada pengaturan skor, di sekolah ada pengaturan nilai. Kalo tingkat kelulusan mencapai 100% plus nilai-nilai siswa yang juga maksimal, pasti banyak siswa baru yang ngantri kepengen daftar, kan? It’s not about education, but  It’s all about how to make a good name and much money, Jeng. Guru juga manusia, butuh uang untuk makan.’

‘Tapi anak saya, si Neneng, kan ndak seperti itu. Dia jujur kok. Murni kerjaan sendiri.’

‘Iya, Jeng. Saya percaya. Ndak semua sekolah selicik itu, ada juga yang benar-benar jujur.’ Si ibu membenarkan sambil tersenyum. ‘Saya hanya lagi galau. Bingung aku, Jeng. Di negeri kita ini masyarakatnya pada pintar-pintar. Bukan pintar ilmu pengetahuan, tapi pinteeer ngibul..!’

Hening. Keduanya terdiam sesaat.

‘Kan tadi Mbakyu sendiri yang ngomong, mereka juga manusia: butuh uang untuk makan..’

‘Iya, bener Jeng. Lha, kok semua malah jadi amburadul gini, ya.. Salah siapa ini?’

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!