Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Aku belum mengenalmu—sepenuhnya. Mereka
bilang, kita dekat. Katamu, kita masih jauh—lebih jauh dari arti kata jauh itu
sendiri. Apa kita sedekat itu? Dekat? Aku tak mengerti apa yang kamu dan mereka
maksudkan tentang dekat. But, hei, bukankah kita sudah dekat, sedekat kejauhan
yang kita coba dekatkan kala merasa jauh? Ah, kita memang sebenarnya dekat,
hanya saja, kamu dan aku berseberangan, bukan?
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Akhir-akhir ini aku punya hobi baru. Aku
gemar merindumu, terutama saat malam-malam. Tak banyak yang bias kulakukan.
Hanya melamun. Membangkitkan apa-apa yang tak bias kusentuh secara kasat mata,
lalu membayangkannya dan merasa puas karenanya. Aneh, kau bilang? Tapi aku
suka. Dan aku percaya bahwa semua itu akan terkenang, tersimpan, kemudian ku
ceritakan pada dunia.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Pesan-pesan yang kamu kirimkan ke nomorku,
mereka nyaris membuatku gila. Edan. Aku suka membacanya berulang-ulang, lantas
tersenyum setelahnya. Kadang, iseng-iseng menghafalnya dan mendadak membenci
rasa ‘lupa’. Merasa malas menghapusnya dan serasa ingin memkai diri sendiri
jika tak sengaja menemukan pesan itu … tiba-tiba hilang.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Aku butuh durasai lama untk mengetik pesan
balasan kepadamu. Mencoba merangkai kata demi kata manis dan berharap kamu
disana tersenyum kala membacanya. Meski aku tidak benar-benar mengerti, apa
kamu benar tersenyum disana. Dayaku hanya mampu sebatas menerka. Terlebih jika
kamu lama tak kunjung membalas pesanku. Seolah sejuta prasangka tertuang penuh
ke dalam benakku. Menyiksaku yang sedang sendirian diliput penantian.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Seperti sebuah ritual, aku merasa wajib
mengunjungi akun facebookmu. Mengintip satu per satu status yang kamu tulis.
Mengira-ngira dan menebak-nebak kepada siapa status itu diperuntukkan. Atau
hanya berharap—lagi-lagi berharap, seusai menit demi menit yang kita jalani
bersama, setidaknya ada sejumput kata yag kamu ucapkan lewat statusmu. Namun sayang,
kamu pintar menyembunyikan makna dalam kalimat. Membuatku sulit untuk menerjemahkan.
Membuatku kecewa telah berharap berlebihan. Kecewa … tapi tak kenal jera.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Aku suka malam itu kamu memanggilku dengan
kata ‘sayang’ saat meramu segelas White Koffie—kopi favoritku. Entah itu kamu
sengaja mengucapnya atau sekedar terlintas saat bicara, atau ada maksud kias
lainnya. Aku suka kamu menyebutku bawel. Membuatku merasa nyaman membeberkan
cerita dan segenap perasaan padamu. Ya, hanya padamu. Hanya kamu.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Aku suka mengamatimu diam-diam. Aku suka
ada rasa lega yang tercipta saat menemukan batang hidungmu berada dalam radius
pandanganku. Seperti ketika semesta menempatkanmu duduk dibangku tepat
dibelakangku. Kamu masih ingat?
Aku suka mendengarkanmu
melantunkan sebuah lagu. Aku suka tingkahmu yang jadi diam saat ulangan
matematika. Aku suka kebiasaanmu menyangkal ucapan guru yang berbeda dengan
pemikiranmu. Aku jadi tahu, ternyata kamu phobia dengan kertas kosong dan seakan
muak dengan sesuatu, kamu melampiaskannya ke dalam coretan-coretan abstrak.
Aku suka melihatmu membenamkan
kepala ke meja, memejam mata karena bosan dan mendapati mukamu mendadak seperti
bebek ketika terbangun. Aku suka tawamu dan senyummu yang tampak lebih
jelas—sekaligus lepas. Tapi tapi aku tak terlalu suka sifatmu yang satu itu,
mendorong kursiku dengan salah satu kakimu. :p
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Aku mencintaimu. Aku tak peduli kamu juga
mencintaiku atau tidak. Aku tak peduli kamu menanggapi rasaku atau tidak. Aku
pun tak peduli apa kamu merasakan rasa yag sama seperti yang ku rasa atau
tidak. Aku hanya ingin jatuh cinta denganmu. Seandainya diperbolehkan meminta,
aku akan meminta kepada Tuhan supa Ia memperpanjang masa berlaku kedekatan kita
sekaligus memasok saldo-saldo kisah dan bonus kejutan dalam setiap selipan hari
yang ku lalui bersamamu.
Aku tidak tahu apa kamu juga
merasakan sama seperti yang kurasa. Semoga kamu merasakan hal yang sama.
Semoga.
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
Matur
nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan
kejujuran dan cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!