Pages

Senin, 18 Juni 2012

Sontoloyo, Pecas Ndahe



Suatu sore, saat sedang asyik menikmati berita tentang Penangkapan si Neneng, Pakdhe Raya datang dan ikut duduk disebelah saya.

Awalnya ia berbasa-basi sebentar soal kasus Neneng, ‘Saya kok bingung ya, Mas. Kenapa sih tersangka korupsi wanita kalo tertangkap langsung berdandan memakai kerudung? Selain Neneng, si Nunun Nurbaeti dan Malinda Dee ketika tertangkap juga langsung berkerudung. Kok ya ndak dari dulu wae?’

Saya cuman diam, nggak menyadari sama gaya berbusana para tersangka itu. Tapi kemudian, Pakdhe kembali melanjutkan pertanyaannya, bukan tentang kasus korupsi, tapi tentang facebook saya.

‘Oh iya Mas, saya pernah nginjen facebook sampeyan beberapa waktu lalu. Di profil sampeyan ada sebuah tautan yang isinya semacam puisi gitu. Kalo ndak salah, disitu sampeyan sedang ngomongin seorang Kepsek. Wani tenan sampeyan?’

‘Lho, menopo ndak boleh ya Pakdhe? Apa saya harus takut?’

‘Oh, ndak Mas. Boleh-boleh saja, saya malah support sampeyan. Di negeri kita kan banyak orang yang bermuka bening kayak personil JKT 48, tapi hatinya koyo peceren. Kotor. Namun mereka banyak yang ndak terekspos, jadi banyak yang tertipu. Gawat to?’

‘Hahaha… Pakdhe itu kok ya tahu JKT 48 segala? Meski sudah uzur tenyata jiwa Pakdhe tetep narsis. Jangan-jangan Pakdhe juga ikut audisi Heavy Rotation Dance Cover, ya?’ saya mesam-mesem, bercanda sama Pakdhe Raya.

‘Sontoloyo… casingnya boleh jadul, tapi mesinnya tetep update..’ pamer Pakdhe sambil joget a la JKT 48. ‘Tapi, ngomong-ngomong, lain kali kalo mau mengkritik seseorang, ndak usah takut Mas. Karena konstitusi menjamin setiap hak warga negara menyampaikan pendapat secara lisan maupun tulisan. Sebagai konsumen, hak dan kewajiban sampean pun diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sing penting sampeyan harus bisa membedakan antara mengkritik dan mencela. Dan kalo sudah selesai mengkritik, jangan lupa memberi saran dan solusi.’

‘Nggih, Pakdhe. Siap Laksanaken!’ jawab saya seraya memberi sikap hormat layaknya upacara apel Partai Nasdem.

‘Saya malah penasaran, sebenarnya apa to yang menggelitik sampeyan sampai cenat-cenut dan bikin pusing tentang Kepsek? Kepsek mana?’

‘Gini lho, Pakdhe…’ Saya menjelaskan. ‘Jadi, beberapa minggu yang lalu, saya dicurhati sama teman saya. Dia curhat tentang polah tingkah Kepseknya yang sering bikin galau. Kalo Pakdhe ngintip timeline twitter teman saya, pasti langsung miris. Isinya gur galau kronis!’

Pakdhe Raya geleng-geleng kepala. ‘Apa to kelakuan Kepsek yang bikin risau itu?’

‘Banyak, Pakdhe. Kata teman saya, Pak Kepsek orangnya labil alias masih suka plin-plan. Gonta-ganti pasangan pendirian. Kalo detik ini ngomong A, nanti satu jam lagi udah ganti B. Besok ganti C. Lusa udah sampai ganti X. Gitu terus..’

‘Sontoloyo… kok bisa sama ya kayak Pemerintah. BBM katanya mau naik, eh, ternyata ndak jadi. Lady Gaga katanya mau gelar konser, juga ndak jadi. Sanak familinya kabarnya ndak ada yang dicalonkan sebagai presiden, tapi belakangan malah diusulkan… wis jan, sontoloyo tenan!’

‘Lha iya to Pakdhe, teman saya juga cerita, pernah pas semester lalu, para OSIS di sekolahnya akan mengadakan serangkaian kegiatan class meeting, eh, tapi semua malah amburadul. Berantakan.’

‘Lha ngopo?’

‘Karena pendirian Kepseknya logro, Pakdhe. Keputusan pembatalan salah satu kegiatan class meeting terlontar begitu saja, satu hari sebelum kegiatan dimulai. Mendadak. Padahal persiapan sudah dipersiapkan. Para siswa yang kecewa banyak banget. Tapi mereka semua pada diem, sudah tradisi warga Indonesia, setiap orang selalu bersikap baik di depan atasan.’

‘Nah… itu… itu…’ kata Pakdhe Raya sambil menunjuk-nunjuk. ‘Pemerintahan negara ini kebanyakan suka begitu. Kelebihan para atasan adalah bisa semena-mena meludahi bawahan. Sedangkan bawahan yang ingin meludah balik, sebelum meludah, pasti sudah diinjak-injak terlebih dahulu sama atasannya.

Salah satu contoh, seperti kejadian di Solo beberapa waktu terakhir, ada siswa yang dikeluarkan dari sekolah pada pertengahan tahun, di tengah-tengah pergantian semester. Itu kan ndak etis, Mas. Lah, kan sulit nyari sekolah di tengah semester seperti itu. Masa siswa tersebut disuruh cuti sekolah selama full 6 bulan? Ditelantarkan tanpa pertangung jawaban. Padahal UUD sudah mengatur pada pasal 31 ayat 1, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Sontoloyo tenan, to?

Saya jadi curiga, Mas. Menurut saya, ini jamannya bukan jaman orang jujur, tapi jamannya wong pinter. Siapa kalah pintar, ya mampuslah dia. Sistem hukum bukan berdasarkan keadilan, melainkan berporos kepada uang dan pengaturan kekuasaan. Hukum dan kekuasaan seolah-olah ada remote control-nya. Bisa diatur sesuka hati.

Mulane, sampai detik ini, banyak kasus korupsi yang belum selesai. Dan malah lahir koruptor-koruptor yang baru. Lha wong kata Pak Dahlan, di BUMN wae 70 persennya pada korupsi semua.

Sebagai wong cilik, kalo ndak pinter, ya minimal jangan menjadi orang bodoh yang mudah dibodohi. Mengko kowe malah kapusan dewe..’ jelas Pakdhe, yang kemudian mengulum sebatang rokok Marlboro Light.

‘Satu lagi, Pakdhe, teman saya juga bilang, banyak guru-guru di sekolahnya yang kehilangan selera mengajar disana. Selain karena pemimpinnya yang plin-plan, denger-denger, para guru tak tetap sering digaji sak upil. Lah, harga BBM mau naik, sembako juga naik, tapi gaji?’

‘hahaha…’ Pakdhe Raya malah tergelak. ‘Lha piye to, Mas… lihat saja tuh, bibit korupsi tumbuh dimana-mana. Lha wong gaji pemain bola di liga Indonesia juga ada yang berbulan-bulan ndak dibayar. Opo meneh sing gur dadi guru..

Tapi saya heran, kan guru itu julukannya Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, tapi kok kayaknya ndak sreg gitu ya? Kayaknya mulai sekarang harus diganti. Anak saya, sering dimintai bayaran sama gurunya. Yang buat beli seragam baru kek, LKS dan buku baru kek, sumbangan kek, piknik kek.. huh Sontoloyo. Lama-lama guru bukan lagi Pahlawan Pendidikan, tapi seorang pengusaha yang berprinsip: Ah, pokok’e sing penting aku bathi..

‘Sabar, Pakdhe… Jadi kalo menurut Pakdhe, apa tanggapan Pakdhe mengenai Kepsek teman saya itu?’

‘Gini Mas, kalo masalah plin-plan, ya mau ndak mau, sifat koyo ngono harus cepat dirubah. Lha, kalo pemimpinnya saja masih labil, mau jadi apa anak buahnya? Plin-plan itu kan sumber masalah. Pemimpin yang baik harus bisa menuntaskan segala masalah, bukan malah menciptakan masalah yang baru.

Kita harus percaya, setiap masalah selalu melahirkan hikmah. Masalah adalah ujian untuk lebih mendewasakan diri. Semua masalah pasti bisa selesai, asal ada kemauan untuk menyelesaikannya. Dan juga, masalah harus segera diselesaikan. Karena kalo kita menunda-nunda, nanti masalah tersebut akan menjelma menjadi Monster Hambalang yang besar, kita pasti kewalahan.

Jadi, kalo kita mendapat masalah, mumpung masih mudah.. ya buruan diselesaikan. Jangan kosak-kosek, gek ndang dirampungne. Gitu, paham?’

‘Paham, Pakdhe.’ Saya mengangguk. ‘Tapi Pakdhe, memangnya kalo masalah dibiarkan semakin besar, apa yang akan terjadi?’

‘Hah? . . . yo . . . PECAS NDAHE…!’


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya


1 komentar:

Anggita Rachma mengatakan...

salut buat tulisanmu....

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!