“Detik ini
berarti karena ia detik ini. Kita nggak bisa menyeretnya cuma karena kita
terikat dengan keindahannya. Ia tetap berarti kalau kita membiarkannya lewat.
Apa adanya.”
--Diva,
Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh--
Sebuah
bom waktu. Kita sama-sama mengetahuinya. Itulah kedekatan kita jika diibaratkan
benda.
Ternyata
hari itu datang juga. Hari yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Hari dimana
kita—pada akhirnya—harus meneruskan perjalanan dengan rute berbeda. Hari itu
adalah hari ini.
Tuhan
Maha Baik Hati. Ia memberikan kita berjuta pilihan di dunia ini, dan memberi
kita kebebasan untuk memilihnya. Tapi kita hanya diperbolehkan memilih satu
pilihan, yang mana dengan begitu—mau tak mau—kita harus mengorbankan sisa pilihan
lainnya.
Mungkin
ini adalah pilihan Tuhan. Pertemuan kita, perkenalan kita, petualangan kita,
perasaan kita barangkali adalah pilihan yang dipilihkan Yang Maha Memilih untuk
kita.
Dan
saya telah memilih. Saya memilih mencintai kamu. Kamu tahu pasti itu. Kamu juga
mencintai saya. Saya yakin itu pula.
Kamu
mulai menjadi gaya gravitasi saya semenjak saya pertama kamli menyentuh
jemarimu. Tak pernah ada rencana untuk membuatmu dan saya menjadi ‘kita’—pada
awalnya. Waktu yang paling andil melibatkan kita dalam berbagai suasana
terlihat selalu bersama. Ketidakcocokan yang malah membuat kita saling dekat.
Momen demi momen menyelipkan kesempatan untuk kita saling membutuhkan.
Saya
mencintaimu. Saya mencandui segala yang berkaitan denganmu. Bibirmu, baumu,
liurmu, kisahmu, peluhmu, manjamu, lesungmu, suaramu, tangismu, gelakmu,
cumbumu, ketika saat sedang bersamamu. Nyaris semuanya.
Saya
juga sering merasa benci kepadamu. Merasa kesal terhadapmu. Kecewa karena
ulahmu. Marah oleh sikapmu yang menurut saya itu tidak lucu.
Kamu
sejauh ini merupakan tempat saya ternyaman. Tempat pemberhentian dan
persembunyian yang membuat ketagihan. Sebuah cermin untuk saya lebih mengenali
siapa saya. Ruangan yang di dalamnya saya umbar kejujuran. Tujuan pertama yang
terbesit ketika dunia menyuguhkan rasa pahit. Area dimana disana saya tidak
merasa takut apa-apa.
Saya
pernah berhari-hari tak bisa menemuimu. Kita juga pernah selama lebih dari 24
jam selalu bersama. Petualangan kita hanya bisa dilupa jika saja saya mengidap
amnesia. Tapi semua telah berlalu. Bom waktu terus berpacu. Detik pun
berguguran satu per satu. Sampai akhirnya waktu yang kita punya semakin
singkat, sisa durasi ‘kita’ kian menguap dan waktu pun habis. Bom meledak
ditempat.
Kejadian
yang menyenangkan, kebersamaan yang tak terlupakan, terpaksa kini tinggal
kenangan.
Saya
mencintai kamu. Kepada apa yang sudah kita lalui bersama, sebaik apapun atau
seburuk apapun itu, saya tak menyesalinya. Saya menikmati setiap detik kita.
Saya sedih jalan yang selanjutnya akan kita lewati tidak sama. Arah kita
berlawanan. Tapi kita tetap harus menjalaninya.
Saya
tidak menghindarimu tapi saya juga tidak akan mendekatimu. Saya tidak menyapamu
tapi saya juga tidak akan mengacuhkanmu. Saya tidak membencimu tapi juga tidak
akan memendam rasa ini kepadamu. Saya begitu karena saya menghargai
keputusanmu. Saya menghormati janjimu.
Barangkali
memang sudah seharusnya, perasaan kita kali saja memang kadaluarsa atau hanya
tertunda atau apalah saya tidak tahu. Satu hal yang pasti, apa yang telah saya
sampaikan bukanlah suatu kebohongan.
Seandainya
boleh saya meminta, jika kamu membaca tulisan ini, sebelum menyeberangi laut
Jawa nanti, temui saya untuk yang terakhir kali. Tapi saya juga tidak memaksa.
Itu pilihan kamu.
Ini
juga pilihan Tuhan, bahwa kita harus begini, hari ini, seperti ini. Pilihan
Tuhan mungkin mulanya bukan yang terindah, bukan pula yang termudah tapi pasti
yang terbaik. Terbaik untuk kamu dan saya. Saya percaya itu.
Selamat
tinggal.
Sampai
jumpa lagi pada persimpangan hidup berikutnya.
Saya
yakin nanti kita akan bertemu lagi. Entah kapan.
Nanti.
Suatu hari.
Untuk
perempuan yang tergelak saat nonton Otomatis Romantis bersama saya..
Bercintalah
hanya dengan suamimu nanti, berdansalah hanya dengan saya :)
Terimakasih,
sampai jumpa...
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
Matur
nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan
kejujuran dan cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!