Pages

Rabu, 02 April 2014

Dahling, inikah patah hati?



“Detik ini berarti karena ia detik ini. Kita nggak bisa menyeretnya cuma karena kita terikat dengan keindahannya. Ia tetap berarti kalau kita membiarkannya lewat. Apa adanya.”
--Diva, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh--

Sebuah bom waktu. Kita sama-sama mengetahuinya. Itulah kedekatan kita jika diibaratkan benda.

Ternyata hari itu datang juga. Hari yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Hari dimana kita—pada akhirnya—harus meneruskan perjalanan dengan rute berbeda. Hari itu adalah hari ini.

Tuhan Maha Baik Hati. Ia memberikan kita berjuta pilihan di dunia ini, dan memberi kita kebebasan untuk memilihnya. Tapi kita hanya diperbolehkan memilih satu pilihan, yang mana dengan begitu—mau tak mau—kita harus mengorbankan sisa pilihan lainnya.

Mungkin ini adalah pilihan Tuhan. Pertemuan kita, perkenalan kita, petualangan kita, perasaan kita barangkali adalah pilihan yang dipilihkan Yang Maha Memilih untuk kita.

Dan saya telah memilih. Saya memilih mencintai kamu. Kamu tahu pasti itu. Kamu juga mencintai saya. Saya yakin itu pula.

Kamu mulai menjadi gaya gravitasi saya semenjak saya pertama kamli menyentuh jemarimu. Tak pernah ada rencana untuk membuatmu dan saya menjadi ‘kita’—pada awalnya. Waktu yang paling andil melibatkan kita dalam berbagai suasana terlihat selalu bersama. Ketidakcocokan yang malah membuat kita saling dekat. Momen demi momen menyelipkan kesempatan untuk kita saling membutuhkan.

Saya mencintaimu. Saya mencandui segala yang berkaitan denganmu. Bibirmu, baumu, liurmu, kisahmu, peluhmu, manjamu, lesungmu, suaramu, tangismu, gelakmu, cumbumu, ketika saat sedang bersamamu. Nyaris semuanya.

Saya juga sering merasa benci kepadamu. Merasa kesal terhadapmu. Kecewa karena ulahmu. Marah oleh sikapmu yang menurut saya itu tidak lucu.



Kamu sejauh ini merupakan tempat saya ternyaman. Tempat pemberhentian dan persembunyian yang membuat ketagihan. Sebuah cermin untuk saya lebih mengenali siapa saya. Ruangan yang di dalamnya saya umbar kejujuran. Tujuan pertama yang terbesit ketika dunia menyuguhkan rasa pahit. Area dimana disana saya tidak merasa takut apa-apa.

Saya pernah berhari-hari tak bisa menemuimu. Kita juga pernah selama lebih dari 24 jam selalu bersama. Petualangan kita hanya bisa dilupa jika saja saya mengidap amnesia. Tapi semua telah berlalu. Bom waktu terus berpacu. Detik pun berguguran satu per satu. Sampai akhirnya waktu yang kita punya semakin singkat, sisa durasi ‘kita’ kian menguap dan waktu pun habis. Bom meledak ditempat.

Kejadian yang menyenangkan, kebersamaan yang tak terlupakan, terpaksa kini tinggal kenangan.



Saya mencintai kamu. Kepada apa yang sudah kita lalui bersama, sebaik apapun atau seburuk apapun itu, saya tak menyesalinya. Saya menikmati setiap detik kita. Saya sedih jalan yang selanjutnya akan kita lewati tidak sama. Arah kita berlawanan. Tapi kita tetap harus menjalaninya.

Saya tidak menghindarimu tapi saya juga tidak akan mendekatimu. Saya tidak menyapamu tapi saya juga tidak akan mengacuhkanmu. Saya tidak membencimu tapi juga tidak akan memendam rasa ini kepadamu. Saya begitu karena saya menghargai keputusanmu. Saya menghormati janjimu.

Barangkali memang sudah seharusnya, perasaan kita kali saja memang kadaluarsa atau hanya tertunda atau apalah saya tidak tahu. Satu hal yang pasti, apa yang telah saya sampaikan bukanlah suatu kebohongan.



Seandainya boleh saya meminta, jika kamu membaca tulisan ini, sebelum menyeberangi laut Jawa nanti, temui saya untuk yang terakhir kali. Tapi saya juga tidak memaksa. Itu pilihan kamu.

Ini juga pilihan Tuhan, bahwa kita harus begini, hari ini, seperti ini. Pilihan Tuhan mungkin mulanya bukan yang terindah, bukan pula yang termudah tapi pasti yang terbaik. Terbaik untuk kamu dan saya. Saya percaya itu.

Selamat tinggal.
Sampai jumpa lagi pada persimpangan hidup berikutnya.
Saya yakin nanti kita akan bertemu lagi. Entah kapan.
Nanti. Suatu hari.



Untuk perempuan yang tergelak saat nonton Otomatis Romantis bersama saya..
Bercintalah hanya dengan suamimu nanti, berdansalah hanya dengan saya :)
Terimakasih, sampai jumpa...


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan


0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!