Pages

Sabtu, 31 Mei 2014

Pantulmu dan Aku di Balik Jendela



Ah, langit sore yang cerah.  Jingga seperti biasanya. Pukul 16.20 Waktu Indonesia Barat. Panas sih iya, tapi nggak nyengat.

Sepoi angin sore. Matahari menyorotkan sinar-sinar. Ambruk menghambur di sekujur jalanan. Tidak semuanya, beberapa ada yang menimpa dedaunan pohon dan memunculkan bayang-bayang di kemudian.

Yah, jadi inget waktu di bus Januari lalu. Berada dalam perjalanan, jauh dari rumah. Nggak mikirin apa-apa. Nggak takut apa-apa. Seolah sang cemas sedang ambil jatah cuti. Was-was sedang absen. Hanya si tenang yang bermukim di benak ini.

Di langit, burung-burung terbang menembus udara tanpa halang. Aneh, aku yang ada di bus dan mereka yang sedang terbang, tapi mungkin seperti mereka, aku juga serasa mengecup kebebasan.

Sore ini, jingga itu, bayangan pohon itu dan sinar-sinar itu bahu membahu membuatku seperti menghadap dejavu. Ku coba resap lebih dalam, dan kurasakan hadirnya kamu. Melakukan hal yang sama. Mengamati pantulanmu dan aku di balik kaca jendela.

Disana, kamu memantulkan tawa. Aku juga. Kita seperti punya kembaran. Kita seperti ada dua.

Kamu lantas memelukku. Pelukan yang ditirukan oleh pantulan kita di kaca. Di sore berlangit jingga. Kita. Tepat di balik jendela.

Lagi, aku ingin mengulangi semua itu.
Lagi, untuk entah berapa kali aku digerayangi rindu….

… rinduku padamu


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
                          Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!