Malam tahun baru ini hujan. Deras sekali. Lama sekali.
Dan saya hanya tiduran di rumah. Dingin. Saya tidak berharap apa-apa. Tidak
pula ingin apa-apa.
Saya lagi inget aja. Hujan punya makna lain ketika
saya disitu. Ketika saya disampingmu, benar-benar disampingmu.
Hujan itu menahan. Menahan saya untuk pulang. Menahan
mereka untuk lebih betah berada dalam rumah.
Disitu, waktu selalu berlalu lebih cepat dari
biasanya. Kira-kira jam segini sedang apa ya saya sama kamu disana? Ah, kamu
pasti lagi berlalu-lalang mulu.
But hei, ini tanggal dimana saya berada disitu
seharusnya.
Hanya kamu yang menyukai hujan. Saya tidak. Hujan itu
membosankan. Tapi ia yang membuat kita bisa lebih lama berpelukan. Diantara
dingin yang menerjang dan rintik yang menghujam. Selama apapun kita saling
tenggelam dalam dekapan, hangat selalu ada. Ada untuk merekatkan. Tetap ada
meski diluar hujan.
Hangat yang menenangkan. Tidak seperti hujan yang
berisik, hangatmu yang menyentuh tak pernah terasa membosankan. Meski kita
sama-sama tahu, bosan satu saat pasti akan tiba. Meluluhlantahkan apa-apa yang
tersisa.
Dan semoga si bosan itu berwujud siput. Jalannya lelet
dan tibanya masih lama. Sangat lama.
Sebab saya suka sendirian. Sendirian itu mengasikkan.
Tidak perlu peduli dengan orang lain selain diri kita sendiri. Bebas nentuin
yang kita mau dan berapa lama kita disitu. Tapi saat ini, saya tidak ingin
sendirian.
Tidak selama di dekat saya masih ada kamu. Tidak
selama kita masih berpelukan. Tidak selama kehangatan ini masih nyaman.
Tidak, selama di malam pergantian tahun ini, diluar
masih hujan.
Catatan
ketika malam tahun baru yang lalu turun hujan…
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
Matur nuwun sudah kersa pinarak
ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan
kejujuran dan cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!