Pages

Kamis, 30 Agustus 2012

Itukah cinta?


Cinta terkadang masih sempat mengenalkan kita terhadap hal-hal yang tak masuk akal. Sesuatu yang kita kenal tapi tak bisa dimengerti. Sesuatu yang kita pahami namun sulit untuk dijelaskan. Sesuatu yang ada, tapi tak tampak.

Some that made us laugh.. Some that made us cry.. One that made you have to say goodbye..” – Always, Bon Jovi.


Aku sepaham dengan quote itu. Cinta memang begitu. Kadang mampu membuat kita tergelak bahagia, dan tak jarang sanggup membuatmu berkaca-kaca. Apa itu cinta? Itulah cinta.

Kata orang, cinta itu butuh pengorbanan. Apa kau pernah berkorban untuk cinta? Pernahkah kau, melakukan sesuatu yang begitu besar dan berat hanya demi suatu cinta, tapi kau tak pernah mengerti kenapa kau mau melakukannya?

Cinta juga membisukan suara hati. Menipu daya supaya kita rela kehilangan semua yang kita punya, dan kita merasa bahagia olehnya. Kita tak peduli dengan tetes jerih, segelas darah, maupun segores luka yang menyayat hati. Ketika mereka bertanya, kita hanya menjawab, ‘Aku melakukannya karana cinta.’

Kita sadar dengan apa yang terjadi, kita tahu bagaimana resikonya nanti, tapi kita terus menerus melakukannya. Demi cinta. Dan kita pun tersenyum bangga setiap kali mengingatnya. Itukah cinta?

Kadang antara pengorbanan dan kebodohan anomali adalah dua hal yang sulit dibedakan. Dan cinta lagi-lagi datang sebagai titik akhir jawaban dari sekian pertanyaan. Sebuah kambing hitam yang selalu dipuja.

Kita semua tahu, cinta itu indah, tapi di sisi lain, ketika cinta harus diakhiri, kata indah dapat berubah menjadi rasa sesak yang begitu dalam.

Seperti menikam jantung, agar kita segera membuka mata. Segera menyadari, bahwa yang selama ini yang kita lakukan, tak lain adalah ke-tolol-an. Memberi kita berbagai kilasan balik tentang apa saja yang telah kita lewatkan, tanpa pemikiran matang. Membuat kita paham bahwa cinta suatu kali juga sanggup membunuh secara perlahan.

Kata orang, cinta itu buta. Cinta merayu kita supaya tak peduli lagi dengan apapun. Bahkan menyangkal segala hal benar secara logika. Itukah cinta?

Dan pada akhirnya, di suatu senja, ketika kita teringat dengan serpihan kenangan-kenangan tentang cinta, ingatan yang telah lama berlalu namun masih sering muncul tanpa diundang, kita hanya bisa bernostalgia … sembari tertawa, tertawa, dan tertawa.

Menertawai semua pengorbanan, kebodohan, kepolosan, ketidaktahuan kita terhadap cinta.

 Kita tertawa, terbahak semakin keras hingga muncul butiran-butiran air dari tepi mata. Tertawa lalu diam—penuh penyesalan. Menyesal. Karena kenapa cinta itu begitu cepat berakhir, atau, karena tindakan-tindakan yang kita lakukan dan resiko yang kita terima setelah mengatasnamakan … cinta.

Itukah cinta?
Apa yang sekiranya sebanding untuk menukar itu semua?
Tertawalah … lalu menangislah.

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!