Pages

Sabtu, 03 Maret 2012

Seperti Indikasi Obat



            Menurutku, menulis itu bagaikan obat. Mempunyai efek samping.

            Ibarat uang logam seratus rupiah buatan tahun 1995, uang itu punya dua sisi dengan gambar yang berbeda. Gambar burung garuda dan karapan sapi. Dalam kehidupan, juga ada dua hal yang saling berkebalikkan, kadang tertawa.. kadang menangis. Aku heran, kenapa setiap hal pasti punya sifat yang berlawanan? Tak terkecuali dengan menulis.

            Menurutku, menulis itu punya sisi negatif.
Dari yang pernah ku alami, menulis kadang membuatku jadi pikun. Aku jadi sering lupa. Kalo menulis terlalu lama, saking asiknya, aku sampai lupa makan, lupa mandi, lupa waktu, bahkan pernah sampai lupa hari. Aku betah seharian cuman mengetik di depan laptop, menuangkan isi pikiranku dalam bentuk tulisan. Entah karena alasan apa, menulis menjadi hobi baru buatku.

            Aku pernah sekali waktu, gara-gara terlalu fokus menulis, aku terjangkit dehidrasi. Mulut kering, berjam-jam nggak minum. Badan panas, kepala pusing dan akhirnya.. aku tumbang juga. Penyakit menggerogoti tubuhku.
            Maka dari itu, setiap akan menulis, aku perlu mengaktifkan alarm, untuk mengingatkanku tentang hal-hal sepele. Ssstt. Sepele bisa membawa malapetaka.

            Menulis juga punya sisi positif. Situasi yang memaksaku untuk tetap nggak beralih dari Comfort Zone, sering membuatku menjadi bosan. Hidup di dunia juga tak jarang menerbitkan masalah-masalah yang berdatangan. Menyuruhku untuk menyelesaikan.

Setelah kelar, masalah belum pergi, mereka menciptakan rasa yang bermacam dan di semayamkan di hatiku. Alhasil, aku jadi bisa memproduksi rasa.. marah, sedih, sesal, bimbang, takut, sakit, perih, kemunafikan, senyuman, jatuh cinta, senang ataupun bahagia.

            Semua rasa itu hadir dan bereuni di hatiku, namun karena kapasitas ruang hatiku yang nggak besar, menyebabkan mereka bersikukuh minta keluar. Aku nggak selalu bisa mengungkapkan rasa tersebut langsung, begitu aja. Aku nggak mau ada hati yang tersakiti atau adanya korban cipratan pelampiasan dari kaburnya rasa yang gak beraturan. Tapi jika nggak dikeluarkan, dan terus menerus ku pendam, hatiku bisa meledak seperti bom di film HurtLocker.

            So, aku ambil langkah dengan menulis. Aku pengen apa yang ku rasa bisa aku curahkan ke dalam tulisan. Kalo dengan cara itu, masih ada pihak yang tersakiti, aku bakal bilang ke dia.. ‘Aku nggak berniat menyakiti, aku cuman pengen.. menulis. That’s it.

Apa efek negatif dan positif versi kamu, Jagad?

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!