Menulis itu sama seperti silaturahmi, itu menurutku.
Mungkin aku bisa berkata seperti itu karena aku seorang Escribitionist. Sebagian besar tulisanku adalah kisah nyata, yang
aku rekam dan tumpahkan ke dalam tulisan.
Dengan menulis,
terkadang aku bisa merasa begitu dekat dengan orang-orang di sekitar ku. Meski
jika di hitung dengan angka matematis, mereka sebenarnya sangat jauh dari
tempatku berada. Tapi gak tau kenapa, aku serasa dekat sama mereka.
Aku seperti berkumpul
di sebuah kafe, duduk bersama-sama melingkari meja. Kita berkumpul di situ,
saling cerita, saling bertegur sapa, bertukar pikiran, share kejadian-kejadian
yang kita alami satu sama lain.
Di antara masing-masing
dari kita, ada yang pamit pulang, lalu ada yang baru aja datang. Kemudian kita
berkumpul lagi, diam dan mendengarkan jika ada seseorang yang bercerita.
Bertanya jika ada yang kurang jelas—dan kita ingin tau jawabnya. Berkomentar
jika dia udah selesai bercerita. Membicarakan gayanya dalam menyampaikan suatu
kisah, menggunjing kata-kata yang nggak masuk akal dari mulutnya, atau memuji
karena kalimatnyaa membuat kita berkaca-kaca.
Kita terus bercerita
sepanjang malam, menghabiskan bergelas-gelas kopi, berbotol-botol vodka untuk
menyemarakkan suasana. Sampai akhirnya kita semua harus pulang. Kita harus
berpisah, nggak saling bertemu untuk beberapa waktu. Tapi kita berjanji, akan
berkumpul lagi, sama seperti malam ini.
Selain mereka, tentunya
aku juga merasa sangat dekat dengan orang-orang yang aku ceritakan. Pengalaman
yang aku lewati bersama mereka, aku torehkan ke dalam tulisan. Membagikan kisah
kami, kepada orang lain. Berharap orang yang membaca nggak mengulang kesalahan
seperti yang kami buat dulu, berharap orang yang membaca bisa menjadi atau
bahkan mempunyai kisah seindah—seromantis kami, juga berharap supaya orang yang
membaca dapat memetik pengalaman berharga dari yang kami punya.
Mungkin juga, salah
satu dari sekian banyak orang yang masuk dalam ceritaku, suatu saat mereka
membacanya. Mereka merasakan sama seperti yang ku rasakan. Bahwa ketika aku
menulis, sembari mengingat-ingat, aku menutup mata dan terlempar ke suatu masa.
Seolah yang ku tulis menjadi nyata. Dan mereka juga merasakan hal yang sama.
Kita sama-sama terjun, kembali mengulang kejadian yang telah lampau. Kejadian
dimana cuman kita, yang bisa dapet chemistry-nya. Kita kembali ke masa itu, dan
menyimak rekaman kenangan manis tempo dulu.
Ya,
menurutku, menulis itu sama seperti ‘Silaturahmi’
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
http//tarianbinbin.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!