Pages

Senin, 27 Februari 2012

Menulis itu sama seperti ‘Silaturahmi’



            Menulis itu sama seperti silaturahmi, itu menurutku. Mungkin aku bisa berkata seperti itu karena aku seorang Escribitionist. Sebagian besar tulisanku adalah kisah nyata, yang aku rekam dan tumpahkan ke dalam tulisan.

            Dengan menulis, terkadang aku bisa merasa begitu dekat dengan orang-orang di sekitar ku. Meski jika di hitung dengan angka matematis, mereka sebenarnya sangat jauh dari tempatku berada. Tapi gak tau kenapa, aku serasa dekat sama mereka.

            Aku seperti berkumpul di sebuah kafe, duduk bersama-sama melingkari meja. Kita berkumpul di situ, saling cerita, saling bertegur sapa, bertukar pikiran, share kejadian-kejadian yang kita alami satu sama lain.

            Di antara masing-masing dari kita, ada yang pamit pulang, lalu ada yang baru aja datang. Kemudian kita berkumpul lagi, diam dan mendengarkan jika ada seseorang yang bercerita. Bertanya jika ada yang kurang jelas—dan kita ingin tau jawabnya. Berkomentar jika dia udah selesai bercerita. Membicarakan gayanya dalam menyampaikan suatu kisah, menggunjing kata-kata yang nggak masuk akal dari mulutnya, atau memuji karena kalimatnyaa membuat kita berkaca-kaca.

            Kita terus bercerita sepanjang malam, menghabiskan bergelas-gelas kopi, berbotol-botol vodka untuk menyemarakkan suasana. Sampai akhirnya kita semua harus pulang. Kita harus berpisah, nggak saling bertemu untuk beberapa waktu. Tapi kita berjanji, akan berkumpul lagi, sama seperti malam ini.

            Selain mereka, tentunya aku juga merasa sangat dekat dengan orang-orang yang aku ceritakan. Pengalaman yang aku lewati bersama mereka, aku torehkan ke dalam tulisan. Membagikan kisah kami, kepada orang lain. Berharap orang yang membaca nggak mengulang kesalahan seperti yang kami buat dulu, berharap orang yang membaca bisa menjadi atau bahkan mempunyai kisah seindah—seromantis kami, juga berharap supaya orang yang membaca dapat memetik pengalaman berharga dari yang kami punya.

            Mungkin juga, salah satu dari sekian banyak orang yang masuk dalam ceritaku, suatu saat mereka membacanya. Mereka merasakan sama seperti yang ku rasakan. Bahwa ketika aku menulis, sembari mengingat-ingat, aku menutup mata dan terlempar ke suatu masa. Seolah yang ku tulis menjadi nyata. Dan mereka juga merasakan hal yang sama. Kita sama-sama terjun, kembali mengulang kejadian yang telah lampau. Kejadian dimana cuman kita, yang bisa dapet chemistry-nya. Kita kembali ke masa itu, dan menyimak rekaman kenangan manis tempo dulu.

            Ya, menurutku, menulis itu sama seperti ‘Silaturahmi’

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

http//tarianbinbin.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!