Seberapa sering sebuah pembicaraan dengan seseorang membuatmu tertawa
ketika mengingatnya?
Apalagi kalo yang diajak bicara adalah seorang yang istimewa, tentu
cuplikan angan yang terngiang di otak akan menjai lebih spesial. Disadari atau
tidak, bernostalgia akan menjadi pekerjaan yang di siang bolong terasa begitu
menyenangkan.
Sore itu, bibir si lelaki masih terasa basah bekas kecupan hangat
perempuannya. Mereka baru saja selesai berciuman. Suatu kenyamanan yang tidak
biasa menyelimuti keduanya. Sebentar lagi lelaki itu harus segera pulang namun
mereka seperti tak ingin berpisah sekarang.
Mereka masih asyik bercanda dan bercerita. Ibarat makanan pencuci
mulut, mereka kerap melakukannya. Berbicara apa saja pasca berkecup mesra.
‘Aku senang hari ini dilewatin bareng lagi sama kamu.’ Ucap lelaki,
jujur.
Perempuannya lantas tersenyum. ‘Aku juga.’
Dia memandangi senja yang mewarnai langit. Tatapnya mengawang-awang.
Tak sedikit pun sengat warna oranye matahari yang menyinari tubuh mereka
mengganggunya. Di belakang rumah, mereka duduk bersebelahan tengah sibuk
menikmati senja yang mengantar sang surya menuju persembunyiannya.
Dia menoleh memandangi paras cantik perempuannya. ‘Nanti lagi kalo kita
nggak sedang keburu, pas mau pulang, aku biasain nyium kamu dulu yak!’
pintanya, menggoda.
‘Emmh, kenapa?’ Perempuan itu balik bertanya. Mengantisipasi adanya
kemungkinan invasi rayu yang menyerbu.
‘Yaa... nggak harus setiap ketemu, pas pulang selalu diakhiri ciuman,
cuma pas sempet aja.’ Lelaki itu berusaha menjelaskan. ‘Saya pengen punya
kebiasaan sama kamu.’
‘Aku nggak mau.’ Perempuannya menjawab, singkat. ‘Aku nolak!’
Rasa kaget menyengat benak lelaki dalam sekejap. Bukan itu jawaban yang
ia harap. ‘Nolak? Kenapa?’
Eh, si perempuan malah unjuk senyum jenaka. ‘Iya, nolak kalo kamu sampe
keburu dan nggak nyempetin buat nyium aku! Wlek!’ Dengan manja, ia menjulurkan
lidahnya.
Lelaki itu tertawa. Ia senang dengan jawaban itu. Jawaban kejutan yang
ia ingini. Mereka kembali bercanda. Ditemani senja sambil tertawa. Sampai
akhirnya bibir mereka berkecup kembali. Berciuman lagi. Lebih lama dari yang
tadi.
Menjajal kebiasaan yang saling disetujui sebelum si lelaki pamit pergi.
kepada
kamu,
yang
mengajak saya berdansa
pada
malam-malam itu..
(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)
Matur nuwun sudah kersa pinarak
ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan
kejujuran dan cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!