Pages

Minggu, 11 Agustus 2013

Kejutan di Sore Sebelum Hujan


Pernah ada cerita. Pernah ada janji. Pernah ada dosa. Pernah ada rasa. Antara saya dan kamu.


Begitulah kamu. Perempuan yang saya temui beserta latar belakang yang sebelumnya tak saya ketahui, kemudian saya coba untuk dalami, hingga cukup dalam, bahkan terlalu dalam, dan akhirnya menghilang.

Kamu kemana saja kini?
Apa pengganti saya membuatmu merasa beruntung karena bagimu sosoknya, hadirnya, ciumannya lebih dari saya? Yang membuatmu terlena padanya, dan jatuh cinta?
Apa kepadanya, kamu juga ceritakan tentang saya? Tentang kita?

Tentu saya mengharap selalu yang terbaik untukmu. Saya tak menyesal kamu bahagia dengannya. Tak ada rasa kecewa yang saya jumpa semenjak valentine terakhir yang kita lalui.

Sore itu kamu benar-benar membuktikan ucapanmu. Kamu datang ke rumah saya. Sifat ngeyelmu lagi-lagi menyulut keluar. Membakar ancam dalam kandungan kecam. Sebuah aksi bunuh batin diri. Kamu meletakkan tart coklat dengan dua buah cherry merah di atasnya tepat di depan pintu rumah. Entah jam berapa. Kamu meninggalkan coklat itu begitu saja. Tanpa suara. Entah dengan maksud dan tujuan apa.

Coklat darimu yang terakhir kali kamu beri. Dan akhirnya saya makan sendiri.

Sebab memang itu pilihan saya. Untuk pergi dan mengakhiri.
Saya tak mengatakan saya tidak bahagia saat menjalani semua itu denganmu. Saya juga tidak berucap bahwa saya hanya merasa bahagia saja saat menjalani 8 bulan bersamamu.

Kamu menyelipkan banyak cerita yang bisa saya ceritakan kepada semesta. Mulai dari pertemuan sampai perpisahan. Saya tidak merasa malu—tidak pula merasa bangga. Tapi saya merasa, kenangan bersamamu bukan seperti api pada lilin ulang tahun. Takkan padam meski dihantam semilyar  tiupan.

Ah, saya jadi teringat ulang tahunmu di Juli itu. Tiga tahun yang lalu. Saya berhasil mengerjaimu selama tiga hari berturut-turut. Dan ketika hari H, di hadapan sebuah tart merah jambu dan lilin angkan usiamu, kamu berderai air mata.

Ini surprise penambahan usia yang pertama dan yang terindah selama aku hidup..’ Bisikmu di telinga, ketika malu tak berdaya hinggap di perasaan, saat kamu memberi saya pelukan diantara kerumunan.

Saya ragu kamu masih bersedia merekam ulang ingatan tersebut—berikut ingatan-ingatan yang lain. Tapi saya yakin, sepertinya kamu begitu berniat mengenyahkan segala hal tentang saya.

Mungkin, itu mengapa kamu mengembalikan barang-barang yang pernah saya beri, kepada saya lagi, sore ini.

Dan mungkin, setelah barang saya lenyap dari radius pandanganmu, kamu sudah menentukan bahwa hidup memang sudah selayaknya terus berjalan. Apa-apa yang kiranya menghambat, patut dibuang.

Barangkali kamu telah merasa bebas. Sepenuhnya ikhlas.

Selamat ya, kamu lulus..
Kamu selangkah mendahului saya..
Kata Aerosmith, hidup itu seperti sebuah perjalanan.
Selamat melanjutkan perjalanan..
Selamat bertemu dengan orang-orang, dan menggapai bermacam tujuan..
Sampai bertemu di lain simpang jalan.. :) 
Tenang, barang-barang itu akan tetap saya simpan..


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan



0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!