Pages

Sabtu, 24 November 2012

Perjalanan Pulang Seorang Lelaki



Di dalam sebuah mobil BMW Alpina B7, duduk seorang lelaki. Di jalanan, ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus hingar-bingar lampu kota.

Pada perempatan pertama, ia berhenti. Lampu lalu lintas menyala merah terang. Merona. Ia melongo menatap langit, tersenyum pada bulan, nggelanggut sendirian. Sebuah lagu yang muncul dari speaker DVD mobil mencuri perhatiannya. Ia memutar salah satu tombol di dasbor, meninggikan volume lalu ikut bernyanyi.

Ini sepotong kisah, tentang perjalanan..
seorang insan, menapaki jejak kehidupan.
Dia lahir ke dunia , dari keluarga..
tidak miskin, kurang kaya, tapi sederhana.
Ayah berdagang, ibu mengasuh dia di rumah..
sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah.
Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu.
Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu.

Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar.
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.

Sekali lagi, ia tersenyum. Mantap. Puas karena telah memukau para tamu undangan yang memang sebagian besar adalah teman semasa SMA.

Malam itu, ia diundang ke pernikahan seorang teman. Datang dengan penampilan elegan. Memakai setelan jas warna ungu pualam, rambut tertata rapi—hitam mengkilat, dan aroma parfum khas seorang bintang iklan. Ia berhasil menyedot ketertarikan tiap pasang mata yang tak lepas tertuju pada dirinya.

Tak butuh waktu lama bagi lelaki itu untuk membuat kaum perempuan mendekat. Seorang perempuan bergaun velvet merah dengan desain potongan tepat di paha kiri, yang memampangkan kulit putih-mulusnya, mencoba sok akrab dengannya. Dilihat dari gesture tubuhnya, perempuan itu begitu menawan. Mungkin ia masih perawan—belum bersuami. Namun lelaki itu tak sedikit pun menaruh acuh padanya.

Setengah jam terlewat, lelaki itu segera menyalami kedua mempelai, berbasa-basi sebentar, lalu berpamitan pulang. Ia tak terlalu suka berada di keramaian dan menjadi pusat tatapan.

Bukan karena tatapan sirik dari pria lainnya yang melotot iri. Bukan juga godaan dan kedatangan perempuan yang silih berganti  menghampiri dirinya. Ia hanya malas meladeni mereka. Malam terlalu sayang untuk disia-siakan. Ia ingin pulang. Sebuah pekerjaan menantinya di ujung hari.

‘Tiiinn… Tiiinn…’
Bunyi klakson mobil dibelakang membuyarkan lamunannya. Rupanya lampu lalu lintas sudah berganti menjadi hijau. Ia menginjak pedal gas, kembali melaju dan melanjutkan bernyanyi seirama dengan melodi lagu.

Dan kini, dia injak usia labil.
Dia tinggalkan satu masa kala ia kecil
Skill! get real, he can make it.. berhasil!!
Sekian dari banyak mimpi dalam hati kecil.
Kecil sebenarnya.. berarti besar.
Ia terlempar dalam panggung hidup yang kasar.
Sabar ya kawan, ini tentang edukasi..
yang tak terdapat dari sekolah, atau pun skripsi.

Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.

Hanya waktu yang dapat menjawab.. mampukah dia merubah..

Entah kenapa, suasana malam ini terasa begitu hangat baginya. Ia membuka jendela mobil, membiarkan rambutnya yang sudah di gel rapi, menari dan berdansa bersama angin. Senyumnya kembali mengambang.

Ia sama sekali tak menyesal telah tak mengacuhkan para perempuan tadi. Ia memang belum punya pasangan, tapi selama ia bahagia dengan kesendirian, ia tak sedikitpun keberatan. Karena lelaki itu percaya, Tuhan sudah punya rencana indah untuknya.

Seorang satpam berdiri, menganggukkan kepala, dengan ramah menyapa, ‘Selamat malam, Tuan..’ ketika ia memasuki pelataran apartemen bintang lima. Tempat tinggalnya.

Sesampainya di kamar, ia meletakkan koper yang berisi peralatan kerja disamping satu set Home Theatre mewah. Pelan-pelan ia membuka koper, merapikan sebuah karung bekas dan melipat sebuah kaos kumal yang rombeng. Semua sudah tertata. Ia menutup kembali koper itu.

Sesaat sebelum beranjak tidur, ia menyalakan iPod, memutar lagu favoritnya. Ia mematikan lampu dan bernyanyi di dalam hati.

Saat semua, mimpinya tercipta.
Saat dimana jalannya, lebar terbuka.
Beban berat tertancap dipundak.
Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat.
Dia merdeka, nyata dan bahagia.
Dia tertawa di akhir, semua usaha.
Dan percaya, jalan tak slalu berliku.
Dan mengerti, celah untuk berpacu.

Malam bergulir kian larut. Lelaki itu tertidur. Angan-angannya menyelam ke alam mimpi. Malam ini ia istirahat karena esok pagi ia harus kembali bekerja. Pekerjaan yang telah menghidupinya sehari-hari. Dan menafkahinya dengan segala hal yang ia impikan di masa lalu.

Hari ini, ia telah mendapatkan impiannya, hidupnya, juga keinginannya. Hanya karena pekerjaan yang sering dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Sebab lelaki itu yakin, apapun yang didasari dengan ketekunan, doa serta usaha pasti akan membuahkan hasil … meski ia hanya bekerja sebagai … seorang pemulung.

...dan lagu itu terus mengalun seiring waktu yang berjalan melambat nan laun.

Tapakilah jejak diri, wujudkanlah mimpi..
dan yakinlah kan kau raih..

Lakukanlah dari hati, beri yg terbaik..
pasti kan kau raih..

(Waktu, Bondan ft. Fade 2 Black)


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!