Di dalam sebuah mobil BMW Alpina B7, duduk seorang lelaki. Di jalanan, ia memacu mobilnya
dengan kecepatan sedang, menembus hingar-bingar lampu kota.
Pada perempatan pertama, ia berhenti. Lampu lalu lintas
menyala merah terang. Merona. Ia melongo menatap langit, tersenyum pada bulan, nggelanggut sendirian. Sebuah lagu yang
muncul dari speaker DVD mobil mencuri perhatiannya. Ia memutar salah satu
tombol di dasbor, meninggikan volume lalu ikut bernyanyi.
Ini sepotong kisah, tentang perjalanan..
seorang insan, menapaki jejak kehidupan.
Dia lahir ke dunia , dari keluarga..
tidak miskin, kurang kaya, tapi sederhana.
Ayah berdagang, ibu mengasuh dia di rumah..
sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah.
Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu.
Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu.
Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar.
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.
seorang insan, menapaki jejak kehidupan.
Dia lahir ke dunia , dari keluarga..
tidak miskin, kurang kaya, tapi sederhana.
Ayah berdagang, ibu mengasuh dia di rumah..
sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah.
Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu.
Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu.
Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar.
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.
Sekali lagi, ia tersenyum. Mantap. Puas karena telah
memukau para tamu undangan yang memang sebagian besar adalah teman semasa SMA.
Malam itu, ia diundang ke pernikahan seorang teman. Datang
dengan penampilan elegan. Memakai setelan jas warna ungu pualam, rambut tertata
rapi—hitam mengkilat, dan aroma parfum khas seorang bintang iklan. Ia berhasil
menyedot ketertarikan tiap pasang mata yang tak lepas tertuju pada dirinya.
Tak butuh waktu lama bagi lelaki itu untuk membuat kaum
perempuan mendekat. Seorang perempuan bergaun velvet merah dengan desain
potongan tepat di paha kiri, yang memampangkan kulit putih-mulusnya, mencoba
sok akrab dengannya. Dilihat dari gesture tubuhnya, perempuan itu begitu
menawan. Mungkin ia masih perawan—belum bersuami. Namun lelaki itu tak sedikit
pun menaruh acuh padanya.
Setengah jam terlewat, lelaki itu segera menyalami kedua
mempelai, berbasa-basi sebentar, lalu berpamitan pulang. Ia tak terlalu suka
berada di keramaian dan menjadi pusat tatapan.
Bukan karena tatapan sirik dari pria lainnya yang melotot
iri. Bukan juga godaan dan kedatangan perempuan yang silih berganti menghampiri dirinya. Ia hanya malas meladeni
mereka. Malam terlalu sayang untuk disia-siakan. Ia ingin pulang. Sebuah
pekerjaan menantinya di ujung hari.
‘Tiiinn… Tiiinn…’
Bunyi klakson mobil dibelakang membuyarkan lamunannya.
Rupanya lampu lalu lintas sudah berganti menjadi hijau. Ia menginjak pedal gas,
kembali melaju dan melanjutkan bernyanyi seirama dengan melodi lagu.
Dan kini, dia injak usia labil.
Dia tinggalkan satu masa kala ia kecil
Skill! get real, he can make it.. berhasil!!
Sekian dari banyak mimpi dalam hati kecil.
Kecil sebenarnya.. berarti besar.
Ia terlempar dalam panggung hidup yang kasar.
Sabar ya kawan, ini tentang edukasi..
yang tak terdapat dari sekolah, atau pun skripsi.
Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.
Dia tinggalkan satu masa kala ia kecil
Skill! get real, he can make it.. berhasil!!
Sekian dari banyak mimpi dalam hati kecil.
Kecil sebenarnya.. berarti besar.
Ia terlempar dalam panggung hidup yang kasar.
Sabar ya kawan, ini tentang edukasi..
yang tak terdapat dari sekolah, atau pun skripsi.
Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar
Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.
Hanya waktu yang dapat menjawab.. mampukah dia merubah..
Entah kenapa, suasana malam ini terasa begitu hangat
baginya. Ia membuka jendela mobil, membiarkan rambutnya yang sudah di gel rapi,
menari dan berdansa bersama angin. Senyumnya kembali mengambang.
Ia sama sekali tak menyesal telah tak mengacuhkan para
perempuan tadi. Ia memang belum punya pasangan, tapi selama ia bahagia dengan
kesendirian, ia tak sedikitpun keberatan. Karena lelaki itu percaya, Tuhan
sudah punya rencana indah untuknya.
Seorang satpam berdiri, menganggukkan kepala, dengan
ramah menyapa, ‘Selamat malam, Tuan..’ ketika ia memasuki pelataran apartemen
bintang lima. Tempat tinggalnya.
Sesampainya di kamar, ia meletakkan koper yang berisi
peralatan kerja disamping satu set Home Theatre mewah. Pelan-pelan ia membuka
koper, merapikan sebuah karung bekas dan melipat sebuah kaos kumal yang
rombeng. Semua sudah tertata. Ia menutup kembali koper itu.
Sesaat sebelum beranjak tidur, ia menyalakan iPod,
memutar lagu favoritnya. Ia mematikan lampu dan bernyanyi di dalam hati.
Saat semua, mimpinya tercipta.
Saat dimana jalannya, lebar terbuka.
Beban berat tertancap dipundak.
Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat.
Dia merdeka, nyata dan bahagia.
Dia tertawa di akhir, semua usaha.
Dan percaya, jalan tak slalu berliku.
Dan mengerti, celah untuk berpacu.
Saat dimana jalannya, lebar terbuka.
Beban berat tertancap dipundak.
Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat.
Dia merdeka, nyata dan bahagia.
Dia tertawa di akhir, semua usaha.
Dan percaya, jalan tak slalu berliku.
Dan mengerti, celah untuk berpacu.
Malam bergulir kian larut. Lelaki itu tertidur.
Angan-angannya menyelam ke alam mimpi. Malam ini ia istirahat karena esok pagi
ia harus kembali bekerja. Pekerjaan yang telah menghidupinya sehari-hari. Dan
menafkahinya dengan segala hal yang ia impikan di masa lalu.
Hari ini, ia telah mendapatkan impiannya, hidupnya, juga
keinginannya. Hanya karena pekerjaan yang sering dianggap sebelah mata oleh
sebagian orang. Sebab lelaki itu yakin, apapun yang didasari dengan ketekunan,
doa serta usaha pasti akan membuahkan hasil … meski ia hanya bekerja sebagai … seorang
pemulung.
...dan lagu itu terus mengalun seiring waktu yang
berjalan melambat nan laun.
Tapakilah jejak diri, wujudkanlah mimpi..
dan yakinlah kan kau raih..
Lakukanlah dari hati, beri yg terbaik..
pasti kan kau raih..
dan yakinlah kan kau raih..
Lakukanlah dari hati, beri yg terbaik..
pasti kan kau raih..
(Waktu, Bondan ft. Fade 2 Black)
(.‘’)(‘’.)
(.‘’)(‘’.)
Matur nuwun sudah kersa
pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan
cuplikan angan
0 komentar:
Posting Komentar
Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!