Pages

Sabtu, 28 Juli 2012

Andai ada seorang bidadari

Kadang ku merasa sendirian
Sahabat cuma diriku sendiri
Selalu terasa kesepian
Seakan orang-orang gak ada yang pernah peduli

Apakah salah jika kita pernah merasa sendirian ketika berada di keramaian? Merasa sendiri bukan berarti tak mau merasa ditemani, begitu ucapnya. Kadang dia merasa risih dengan hiruk pikuk sekitarnya. Menurutnya, yang ada disekelilingnya memang ada, memang nyata. Tapi tak selalu peka.

Andai ada seorang bidadari  yang mau mendengarkan isi hatiku
Andai ku hidup dengan bidadari yang tetap setia menemaniku
Yang lagi sedih dan sepi

Dia juga mengakui, tak ada manusia yang bertahan dalam kesendirian di waktu yang amat panjang. Setiap dari dirinya meyakini, ia butuh orang lain. Seorang teman, mungkin. Tak ada kriteria khusus, tak ada permintaan muluk-muluk, tak ada aturan harus gini-musti gitu. Aku hanya ingin dimengerti, pintanya. Itu saja.

Bersama kita menangis
Bersama kita menangis …
Bersama kita menangis
Bersama kita menangis

Ada kalanya dia tertawa. Karena terpaksa. Karena ia tak mengerti harus bagaimana. Karena semua ini terasa tak berasa baginya. Hampa.

Dia pernah berkata, tak setiap kesedihan, pahit menjalani hidup, kecewa dan sesal harus ditandai dengan lelehnya air mata. Kau bisa tertawa—sepuasmu, dan berpura-pura semua akan baik-baik saja. Toh itu membuatmu tampak bercahaya ketimbang meredup bak neon yang muram.

Mengulang ingatan kala malam
Otakku melayang di kesunyian
Aku butuh teman yang berarti
Tapi mereka sibuk memikirkan diri sendiri

Sebisa mungkin, dia mencoba berdiri. Mempertaruhkan cinta, menjaja kasih demi menggenggam nyawa. Betapa ia berusaha percaya, Tuhan itu ada. Dan yang dialami olehnya adalah suatu lembar yang biasa disisipkan di dalam buku bernama kehidupan. Ia terus bersabar. Tuhan punya rencana, begitu rapalnya.

Andai ada seorang bidadari  yang mau mengajak aku pergi
Andai ku terbang dengan bidadari yang menggenggam
Dan membawa aku yang lagi sedih dan sepi

Malaikat tak bersayap. Banyak yang mengira itu hanya dongeng. Mulanya, ia mengamininya. Tapi kali ini lain. Dia pernah melihat malaikat itu. Pada suatu pertemuan yang telah digariskan. Hingga keduanya harus dipisahkan.

Bukan untuk dilarang mencinta. Mereka memang ditakdirkan untuk saling mencari. Belajar tentang gelap dan terang, tentang tenggelam dan terbang, tentang derita dan bahagia.

Sebagai bekal persediaan yang wajib dibawa sebelum mengawali satu ikatan. Dan mereka bertemu, bercinta. Selamanya.

catatan ketika hujan tergelincir jatuh,
dan setetes rintik merambat di kaca jendela
seiring melodi lagu Slank – Bersama kita menangis
bercipratan mengisi ruang
kosong

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!