Pages

Kamis, 07 Juni 2012

Percakapan Nazar, Angie dan Anas



Pukul 06.30. sorot demi sorot mentari pagi menembus ranting dan dedaunan pohon di sepanjang jalan. Bayang-bayang yang hitam menempel di atas permukaan aspal. Menyapulenyapkan barisan embun yang sebelumnya menyatu dengan udara. Sirna.

Di sudut komplek itu, berjalan beriringan tiga siswa kelas satu SD. Pagi ini sesuatu yang mendadak memaksa kaki mereka melangkah menuju sekolah tercinta, SD APEL MALANG, tanpa diantar sang ayah masing-masing.

Ketiga anak itu bernama Angie, Anas, dan Nazar. Ketika sisa hawa sejuk semalam menghembus pelan, untuk mewarnai keceriaan pagi, mereka bertiga mengisi hening perjalanan dengan saling mengoceh. Baik Angie, Anas maupun Nazar, mereka saling pamer dan membanggakan orangtuanya.

‘Eh tahu nggak?’ Angie, siswa perempuan yang modis namun pelupa, membuka obrolan. ‘Hari ini harusnya Papi nganter aku ke sekolah pakek mobil dinas, tapi hari ini Papi ada urusan penting. Mendadak. Terpaksa deh, aku harus berangkat jalan kaki.’

‘Urusan apa?’ tanya Anas, siswa yang bertubuh jangkung dan memiliki paras judes.

‘Biasa, Papi lagi keluar kota. Papiku memang hebat. Pagi-pagi aja dia udah disuruh menghadap Menteri …’ pamer Angie.

‘Ah, itu sih belum seberapa.’ Anas tak mau kalah. ‘Hari ini mustinya Ayah juga nganter aku. Tapi ayah nggak bisa. Tadi pagi Ayah mendapat undangan, Ayahku diundang menghadap Presiden … keren kan?!’

Melihat kedua temannya saling sok berlagak, Nazar cuma geleng-geleng kepala. ‘Ya ampuuun, kalian ini bisanya cuman pamer. Sombong. Belagu. Baru menghadap Menteri dan Presiden saja udah bangga. Lah Bapakku, hari ini pagi-pagi sekali, beliau langsung pergi.’

‘Menghadap siapa?’

‘Menghadap TUHAN !’ jawab Nazar, puas.

‘ . . . ’

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Cuplikan di atas bukan sekedar prosa pendek belaka. Jangan lihat sisi buruknya, tapi ulik juga paradigma positifnya. Dari ilustrasi itu, kita bisa tahu, bahwa Tuhan bisa kapan saja mengambil nyawa kita. Menghentikan laju usia kita.

Tapi apa yang kita lakukan? Kita sering lupa dan tak mau peduli. Mungkin setelah membaca posting ini, kita harus bersedia bercermin. Mulai nanti malam, sebelum tidur coba tanyakan dan jawab kalimat ini…

            ‘Kenapa aku harus tidur malam ini? Dan kenapa aku harus bangun esok pagi?’

            Kenapa?

(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya


0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!