Pages

Rabu, 14 November 2012

Selapis Optik Hujan



tetes terakhir baru saja mengalir di kaca ketika saya sedang melamun tentang hujan.
satu-satu saya mengamati mereka, tetes-tetes itu. para butiran embun yang menempel pada kaca.
mereka menyala. jingga.
menyatu dengan pendar lampu-lampu.
cantik. secantik senja.

ah, rupanya saya baru sadar.
kacamata saya kelewat sempit atau mungkin buram, untuk memandang cakrawala semesta.

ini bukan mengenai suka gak suka.
bukan tentang perbedaan mana benar-mana salah.
tapi ini semua tergantung dari apa paradigma yang kita gunakan.
ini semua tergantung dari cara kita menyikapinya.
cara kita kala menepatkan lensa yang sesuai mata.

seperti hujan. hujan itu nggak indah, tapi juga nggak buruk rupa.
kita bisa saja membuat hujan jadi indah. atau menodainya dengan prasangka buruk.
tergantung dari diri kita. cara kita.

hujan dan senja mungkin nggak bisa muncul bersamaan,
tapi mereka bisa kok hadir secara berkesinambungan,
mereka memang tak sama.. mereka tercipta bukan untuk saling umbar perbedaan..
namun untuk mencoba saling .. melengkapi.

saling mengisi, membaur, bersatu, membentuk warna warni pelangi..

            ..di langit sore hari


(.‘’)(‘’.) (.‘’)(‘’.)

Matur nuwun sudah kersa pinarak ke gubuk kecil saya
Sebuah gubuk, tempat menabung potongan kejujuran dan cuplikan angan

0 komentar:

Posting Komentar

Thanks for Reading. Follow my instagram account @abadikanmu and see you there!